Esensi Aksi Bela Islam 3
Panggilan Aksi Bela Islam 3, Jumat, 2 Desember 2016 tak terbendung. Sejak aksi ini dideklarasikan oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), penghadangan secara sistematis, terstruktur, dan masif dilancarkan oleh mereka yang tidak ingin Ummat Islam bersatu menyuarakan Keadilan Sosial dan Keadilan Hukum. Mulai dari tudingan politisasi hingga isu makar.
Semua tuduhan itu hanya isapan jempol belaka. Ummat Islam tidak percaya lagi dengan propaganda dan agenda setting semacam itu. Sebaliknya, ummat Islam semakin menguatkan ketaatan dan keterikatan kepada ulama dalam bingkai syariat. Itu terlihat pada aksi Bela Islam 2 dan berlanjut pada Aksi Bela Islam 3.
Melihat gejala Aksi Bela Islam 3 pada tanggal 2 Desember 2016 hakekatnya adalah gerakan ideologi soft Muslim People Power dalam bentuk aksi Super Damai yang digerakkan oleh kesamaan rasa akibat penistaan agama dan Kitab Suci Ummat Islam. Penistaan itu dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, khususnya atas Surat Al-Maidah 51.
Namun, ini hanya gunung es. Gerakan Bela Islam yang mirip Apel Gabungan Ummat Islam Nasional bahkan Internasional merupakan akumulasi berbagai kasus Ketidakadilan Sosial Indonesia, terutama ummat Islam sebagai pihak yang sering tersudutkan dan ideologinya dinistakan.
Mereka sering tertuduh sebagai pihak yang tidak Nasionalis, Anti Pancasila, tidak pro pada Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain. Ironisnya, hak-haknya sebagai rakyat kecil terpinggirkan demi kepentingan Pemodal Asing dan Aseng.
Karena itu, Aksi Bela Islam adalah gerakan murni akibat keraguan ummat Islam terhadap penegakan Supremasi Hukum oleh rezim saat ini. Hal itu terbukti dalam kasus penistaan agama oleh BTP, andai tidak ada Aksi Bela Islam 1 masyarakat pesimis Ahok akan diproses hukum, dan andai tidak ada Aksi Bela Islam 2 masyarakat juga pesimis Ahok akan diproses dengan tegas, cepat dan transparan.
Atas dasar lumpuhnya Keadilan Hukum dan Keadilan Sosial inilah maka Aksi Bela Islam 3 disambut secara heroik oleh masyarakat muslim khususnya.
Aksi Bela Islam bukan tanpa target. Selain menguatkan rasa dan barisan Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) dan Ukhuwah Wathaniyah (Persaudaraan Nasionalisme), aksi ini bertujuan untuk mengokohkan Persatuan Ummat Islam yang membawa pada Persatuan Indonesia, mengokohkan Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan nilai-nilai UUD 1945 yang asli.
Yang tak kalah pentingnya juga, aksi ini menuntut Keadilan Sosial dan Keadilan Hukum bagi seluruh rakyat Indonesia serta melawan kekuatan Oligarki yang telah membuat Indonesia terjajah secara politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Penjarakan Penista Agama secepatnya!
Konsep acara Aksi Bela Islam 3 adalah unjuk rasa Islami dan Syar’i, walau ada pihak yang berusaha menggembosi bahwa ini bukan unjuk rasa tapi Majelis Zikir dan Doa, namun TUNTUTAN PENJARAKAN PENISTA AGAMA ADALAH TUJUAN UTAMA.
Walau ada upaya pengaburan yang ingin berujung pada pengaburan tujuan utama aksi Super Damai 212, konsep acara 212 adalah konsep Super Damai yang sangat agung dan suci dimana ummat Islam mengadukan nasibnya kepada Allah SWT dalam bentuk zikir, doa, tausiah, dan shalat Jumat secara bersama-sama sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial dan tumpulnya keadilan hukum bagi Pribumi dan terkesan menganakemaskan kaum pemodal Aseng dan Asing yang telah menyuap kaum oligarki elite politik Indonesia .
MERDEKA!!!
Semua tuduhan itu hanya isapan jempol belaka. Ummat Islam tidak percaya lagi dengan propaganda dan agenda setting semacam itu. Sebaliknya, ummat Islam semakin menguatkan ketaatan dan keterikatan kepada ulama dalam bingkai syariat. Itu terlihat pada aksi Bela Islam 2 dan berlanjut pada Aksi Bela Islam 3.
Melihat gejala Aksi Bela Islam 3 pada tanggal 2 Desember 2016 hakekatnya adalah gerakan ideologi soft Muslim People Power dalam bentuk aksi Super Damai yang digerakkan oleh kesamaan rasa akibat penistaan agama dan Kitab Suci Ummat Islam. Penistaan itu dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, khususnya atas Surat Al-Maidah 51.
Namun, ini hanya gunung es. Gerakan Bela Islam yang mirip Apel Gabungan Ummat Islam Nasional bahkan Internasional merupakan akumulasi berbagai kasus Ketidakadilan Sosial Indonesia, terutama ummat Islam sebagai pihak yang sering tersudutkan dan ideologinya dinistakan.
Mereka sering tertuduh sebagai pihak yang tidak Nasionalis, Anti Pancasila, tidak pro pada Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain. Ironisnya, hak-haknya sebagai rakyat kecil terpinggirkan demi kepentingan Pemodal Asing dan Aseng.
Karena itu, Aksi Bela Islam adalah gerakan murni akibat keraguan ummat Islam terhadap penegakan Supremasi Hukum oleh rezim saat ini. Hal itu terbukti dalam kasus penistaan agama oleh BTP, andai tidak ada Aksi Bela Islam 1 masyarakat pesimis Ahok akan diproses hukum, dan andai tidak ada Aksi Bela Islam 2 masyarakat juga pesimis Ahok akan diproses dengan tegas, cepat dan transparan.
Atas dasar lumpuhnya Keadilan Hukum dan Keadilan Sosial inilah maka Aksi Bela Islam 3 disambut secara heroik oleh masyarakat muslim khususnya.
Aksi Bela Islam bukan tanpa target. Selain menguatkan rasa dan barisan Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) dan Ukhuwah Wathaniyah (Persaudaraan Nasionalisme), aksi ini bertujuan untuk mengokohkan Persatuan Ummat Islam yang membawa pada Persatuan Indonesia, mengokohkan Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan nilai-nilai UUD 1945 yang asli.
Yang tak kalah pentingnya juga, aksi ini menuntut Keadilan Sosial dan Keadilan Hukum bagi seluruh rakyat Indonesia serta melawan kekuatan Oligarki yang telah membuat Indonesia terjajah secara politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Penjarakan Penista Agama secepatnya!
Konsep acara Aksi Bela Islam 3 adalah unjuk rasa Islami dan Syar’i, walau ada pihak yang berusaha menggembosi bahwa ini bukan unjuk rasa tapi Majelis Zikir dan Doa, namun TUNTUTAN PENJARAKAN PENISTA AGAMA ADALAH TUJUAN UTAMA.
Walau ada upaya pengaburan yang ingin berujung pada pengaburan tujuan utama aksi Super Damai 212, konsep acara 212 adalah konsep Super Damai yang sangat agung dan suci dimana ummat Islam mengadukan nasibnya kepada Allah SWT dalam bentuk zikir, doa, tausiah, dan shalat Jumat secara bersama-sama sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial dan tumpulnya keadilan hukum bagi Pribumi dan terkesan menganakemaskan kaum pemodal Aseng dan Asing yang telah menyuap kaum oligarki elite politik Indonesia .
MERDEKA!!!
Bachtiar Nasir,
Ketua GNPF-MUI
Ketua GNPF-MUI
Jakarta 1 Des 2016
==============================================
The Essence Of The Peace Action Of Defend Islam 3
The calling of the peace action of defend islam 3, Friday, Dec 2nd 2016 is unstoppable. Since this peace action declared by National movement of fatwa MUI guard, trial interception in a systematic, structured, and massive waged by those who do not want the Muslims to unite voice The Social Justice and Justice of Law. Start from allegations of politicization to the issue of treason.
All accusation was just a figment. Muslims do not believe anymore with propaganda and any kind of “agenda setting”. Instead, Muslims reinforce obedience and attachment to the scholars as part of the frame Shari'a. It shows at the peace action of defend Islam 2 and continues at the peace action of defend islam 3.
the symptoms of the peace action of defend islam 3 on December 2, 2016 is essentially ideological movement of soft Muslim People Power in the form of Super Peace action driven by a common sense due to defamation of religion and the holy book of Muslims. Sacrilege was done by Jakarta Governor Basuki Tjahaja Purnama as know as Ahok, especially on Surah Al-Maidah 51.
However, this is only the iceberg. Defending Islam movements that looks like gathering of national Muslim and even international is an accumulation of cases of Indonesian Social Inequality, especially Muslims as the party which often cornered and their ideology being humiliated.
They are often accused as a party that is not the Nationalists, Anti Pancasila, not pro at Bhinneka Tunggal Ika (Unity), and others. Ironically, their rights as small people marginalized for the sake of Foreign Investors and “Aseng”.
Therefore, the peace action of defend Islam is pure movement due to skepticism of Muslims against the enforcement of the rule of law by the current regime. Proven in the case of blasphemy by BTP, people pessimistic,that if there was no ‘peace action of defend islam 1’ ahok will be prosecuted, and if there was no ‘peace action of defend islam 2’ Ahok will be processed by the firm, fast and transparent.
On the basis of the paralysis of the Justice of Law and Social Justice then the peace action of defend islam 3 greeted heroically by the Muslim community in particular. The peace action of defend Islam has target. In addition to strengthening the sense of sequence and Muslim brotherhood (Muslim Brotherhood) and Ukhuwwat Wathaniyah (Brotherhood Nationalism), this action aims to strengthen the Union of Muslims that led to the unity of Indonesia, cemented Unity based on the values the original of UUD 1945.
All accusation was just a figment. Muslims do not believe anymore with propaganda and any kind of “agenda setting”. Instead, Muslims reinforce obedience and attachment to the scholars as part of the frame Shari'a. It shows at the peace action of defend Islam 2 and continues at the peace action of defend islam 3.
the symptoms of the peace action of defend islam 3 on December 2, 2016 is essentially ideological movement of soft Muslim People Power in the form of Super Peace action driven by a common sense due to defamation of religion and the holy book of Muslims. Sacrilege was done by Jakarta Governor Basuki Tjahaja Purnama as know as Ahok, especially on Surah Al-Maidah 51.
However, this is only the iceberg. Defending Islam movements that looks like gathering of national Muslim and even international is an accumulation of cases of Indonesian Social Inequality, especially Muslims as the party which often cornered and their ideology being humiliated.
They are often accused as a party that is not the Nationalists, Anti Pancasila, not pro at Bhinneka Tunggal Ika (Unity), and others. Ironically, their rights as small people marginalized for the sake of Foreign Investors and “Aseng”.
Therefore, the peace action of defend Islam is pure movement due to skepticism of Muslims against the enforcement of the rule of law by the current regime. Proven in the case of blasphemy by BTP, people pessimistic,that if there was no ‘peace action of defend islam 1’ ahok will be prosecuted, and if there was no ‘peace action of defend islam 2’ Ahok will be processed by the firm, fast and transparent.
On the basis of the paralysis of the Justice of Law and Social Justice then the peace action of defend islam 3 greeted heroically by the Muslim community in particular. The peace action of defend Islam has target. In addition to strengthening the sense of sequence and Muslim brotherhood (Muslim Brotherhood) and Ukhuwwat Wathaniyah (Brotherhood Nationalism), this action aims to strengthen the Union of Muslims that led to the unity of Indonesia, cemented Unity based on the values the original of UUD 1945.
Equally as important, this action requires Social Justice Law and Justice for all Indonesian people and against the forces of oligarchy that has made Indonesia colonized political, economic, social, and legal. imprisoned blasphemer soon!
The concept of the peace action of defend islam as demonstrations Islami and Syar'i, although there are those who are trying to deflate that this is not a protest but the Assembly Recitation and prayer, but DEMAND OF IMPRISONED BLASPHEMER IS THE MAIN GOAL.
Although there are blurring efforts led to the blurring of the main objectives of action Super Peace 212, 212 event concept is the concept of Super Peace is very great and holy where Muslims tell about his fate to God in the form of remembrance, prayer, tausiah, and Friday prayers simultaneosly as a form of protest against social injustice and the inefficacy of legal justice for Indigenous and impressed favors the Aseng and Foreign investors who had bribed Indonesian political elite oligarchy.
FREEDOM!!!
BACHTIAR NATSIR
CHIEF OF GNPF-MUI
Jakarta, 1 December 2016
CHIEF OF GNPF-MUI
Jakarta, 1 December 2016
sumber : www.belaquran.com
0 comments:
Post a Comment